Berikut adalah tata cara ortomozaic foto udara dan ekstraksi DEM dari foto udara tersebut. Pengolahan ini dilaksanakan pada saat kemah kerja Teknik Geodesi Undip 2017 di Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Semarang, Jawa Tengah.
Alat dan Bahan
1. Drone DJI Phantom 4
3. Smartphone
4. Laptop
5. Premark
6. Software Dji Go
7. Software DroneDeploy
8. Software Agisoft
Langkah-Langkah Pekerjaan
1. Kalibrasi alat (drone, gimbal, dan remote)
2. Pembuatan Jalur Terbang
Pembuatan jalur terbang menggunakan DroneDeploy
yang sudah otomatis tersedia, kita hanya perlu menyesuaikan dengam cakupan luas
pemotretan dalam sekali terbang, dalam sekali terbang usahakan luas tidak lebih
dari 12 hektar.
a. Pasangkan propeller pada drone, baterai ke dalam drone dan remote drone
b. Lakukan kalibrasi pada drone
c. Membuka Drone Deploy untuk menampilkan jalur terbang
d. Atur overlap dan sidelap, tinggi terbang, jalur terbang, dan luasan pemotretan
e. Terbangkan drone secara otomatis, drone akan memotret sesuai dengan pengaturan pada saat di Drone Deploy
f. Jika sudah selesai drone akan otomatis kembali pada home
- Membuka Agisoft
- Tambahkan foto hasil pemotretan drone
- Akan muncul Add Photo. Pilih file foto, kemudian open.
- Klik workflow, lalu pilih align photo
- Akan muncul tampilan Align Photo. Pilih acuracy, lalu checklist pada generic preselection dan reference preselection
- Klik Workflow lalu pilih Build Dense Cloud
- Akan muncul tampilan Build Dense Cloud. Atur quality sesuai pada saat pemilihan acuracy
.
- Tunggu sampai proses align selesai dan akan terbentuk tampalan foto secara kasar.
- Cari foto yang ada premark, kemudian berikan titik pada premark.
- Pilih workflow, lalu klik Build Mesh.
- Akan muncul tampilan Build Mesh. Isikan surface type dengan arbitary (3D), Source data dengan Dense cloud, dan face count dengan medium kemudian ok.
- Tunggu sampai proses selesai, kemudian akan muncul dibawah ini.
- Kemudian pilih workflow, lalu klik build DEM.
Muncul tampilan build DEM. Pilih geographic type, WGS 84. Isikan Source data dengan dense cloud, interpolation dengan enabled kemudian ok.
Tunggu sampai proses selesai, maka akan muncul seperti di bawah ini.
Pilih workflow, kemudian klik build orthomosaic.
Akan muncul tampilan Build Orthomosaic. Isikan pada geographic type, surface dengan DEM, blending mode dengan mosaic. Kemudian ok.
Tunggu sampai proses selesai maka akan muncul tampilan gambar yang telah di-mesh.
Kemudian export file dengan memilih menu file > export > export orthomosaic > export JPG/TIFF/PNG.
Akan muncul tampilan Export Orthomosaic. Isikan sesuai dengan tampilan di bawah ini.
Hasil dan Pembahasan
Pemetaan suatu wilayah menggunakan UAV bisa mendapatkan hasil yang realtime dan detail. Semakin kecil cakupan wilayahnya, maka data yang diperoleh akan semakin detail. Pada pemetaan UAV diperlukan GCP dan ICP. GCP (Ground Control Point) merupakan titik kontrol tanah yang berfungsi untuk mengikat koordinat tanah dan koordinat foto. Semakin banyak GCP yang dipakai dan menyebar di seluruh daerah pemetaan, maka dapat dihasilkan foto yang tegak dan semakin bagus geometrinya. ICP (Independent Control Point) merupakan titik kontrol bebas yang berfungsi untuk mengecek apakah foto orto sudah benar-benar tegak dengan mengecek kondisi di lapangan dan di foto. Jumlah GCP harus lebih banyak dari ICP dan tidak boleh merangkap antara GCP dan ICP. Perbedaan GCP dan ICP yang lain yaitu, pada GCP diikutkan dalam proses ortorektifikasi, sedangkan ICP tidak ikut diproses dalam ortorektifikasi.
Pada Kemah Kerja ini, terdapat enam BM yang digunakan yaitu BM 1, 2, 3, 5, 6, dan 9. BM 1, 3, 5, dan 9 digunakan sebagai GCP, sedangkan BM 2 dan BM 6 digunakan sebagai ICP. Setiap BM dipasang premark supaya dapat terlihat pada foto udara yang diambil UAV. Desain premark yang digunakan pada Kemah Kerja ini berbentuk seperti huruf Y sebagai berikut.
Desain Premark
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses perolehan data foto udara menggunakan UAV, yaitu luas daerah yang akan diambil, tinggi terbang, besarnya overlap, dan sidelap. Pemetaan UAV menggunakan posisi kamera menghadap ke bawah, tegak lurus dengan permukaan bumi. Tinggi terbang setiap project penerbangan UAV berbeda-beda karena perbedaan ketinggian pohon di lokasi, tinggi terbang menyesuaikan ketinggian pohon supaya pohon tersebut tidak mengganggu saat UAV melakukan pemotretan. Jalur terbang berjumlah 23 jalur dengan hasil foto udara yang diperoleh dari hasil pemotretan berjumlah 1378 foto. Daerah yang dipotret menggunakan UAV tidak seluruh Desa Asinan karena waktu yang terbatas, hanya sebagian yang berada di daerah selatan dan merupakan lokasi pengukuran terestris juga.
Gambar di atas adalah hasil orthomozaic dari pengolahan foto udara menggunakan perangkat lunak Agisoft. Pada gambar di atas terihat pula lokasi BM 1, 3, 5, dan 9 yang merupakan Ground Control Point sehingga ikut dalam proses orthorektifikasi. Lokasi peletakan GCP pada wilayah pemotretan sudah menyebar, sehingga dapat diperoleh hasil pemetaan yang baik.
Pada proses pengolahan foto udara yang didapatkan dari pemotretan menggunakan UAV dilakukan ekstraksi DEM, sehingga dapat diketahui elevasi dari daerah yang dipetakan. Gambar IV-5 merupakan hasil ekstraksi DEM dari foto udara wilayah Desa Asinan. Simbol warna menunjukkan ketinggian atau elevasi wilayah tersebut. Warna merah menunjukkan ketinggian maksimum, warna biru menunjukkan ketinggian minimum.
Berdasarkan hasil DEM tersebut, kondisi elevasinya sudah benar sesuai dengan di lapangan. Bagian berwarna merah merupakan daerah dengan elevasi tinggi dan merupakan permukiman penduduk. Bagian selatan yang berwarna kuning dan hijau terlihat datar yang menunjukkan daerah tersebut memiliki elevasi yang relatif sama. Hal itu sesuai dengan kondisi di lapangan yang merupakan daerah persawahan, sehingga elevasinya relatif datar. Bagian yang berwarna biru menunjukkan elevasi terendah, hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan yang merupakan daerah perairan mendekati Danau Rawa Pening
Tidak ada komentar:
Posting Komentar