ANALISIS KORELASI ANTARA JUMLAH PASIEN POSITIF COVID-19 DI INDONESIA DENGAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR PADA BULAN MARET 2020
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian)
Disusun oleh:
Kelompok II-B
Yunaedi 21110117120028
Jihan Putri A. 21110117130039
Kharisma Srinarta 21110117130045
Ilhaam Cahya N. 21110117130046
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788
email: geodesi@ft.undip.ac.id
2020
ANALISIS KORELASI ANTARA JUMLAH PASIEN POSITIF COVID-19 DI INDONESIA DENGAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR PADA BULAN MARET 2020
ABSTRAK
Penyakit Covid-19 bermula dari Kota Wuhan,Tiongkok. Penyakit Covid-19 dibawa oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) menyebar ke berbagai belahan negara di dunia.Penyebaran nya yang masif mendorong World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global. Akibatnya berbagai negara di Dunia menetapkan konsisi negara nya menjadi status siaga bencana.Salah satu nya Indonesia yang menetapkan penyakit Covid-19 sebagai bencana non-alam oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).Terjadi nya pandemi Covid-19 di Indonesia mengakibat kondisi ekonomi melemah.Terutama dalam sektor nilai rupiah. Pelemahan rupiah terjadi kembali angka nya menembus ke Rp 16.000 -an per dolar AS. Terakhir kali dolar AS menyentuh level tertinggi tercatat pada krisis moneter 1998. Saat itu dolar AS sempat menyentuh level Rp 16.000-an.Rupiah mengalami tekanan terdalam setelah rekor pada saat krisis 1998 yang sebesar Rp 16.650. Akibat hal tersebut membuat rupiah pada tahun 2020 menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di Asia.Pelemahan rupiah ini terjadi karena sektor perekonomian di Indonesia yang mengalami kerugian.
Kata Kunci ( Covid-19, Rupiah,Ekonomi )
ABSTRACT
Early Covid-19 disease originated from Wuhan City, China. Covid-19 caused by a new type of corona virus (SARS-CoV-2) spread to various parts of the world in the world. Its massive spread pushed the World Health Organization (WHO) to establish Covid -19 as a global pandemic. As a result, various countries in the World set the country's concession to be a disaster alert status. One of them was Indonesia which determined Covid-19 disease as a non-natural disaster by the Badan Penanggulangan Bencana (BNPB). The Covid-19 pandemic in Indonesia resulted in a weak economic condition. Especially in the rupiah value sector. The weakening of the rupiah occurred again, the number penetrated to Rp. 16,000 per US dollar. The last time the US dollar touched the highest level was recorded in the 1998 monetary crisis. At that time the US dollar had touched the level of Rp. 16,000. The Rupiah experienced the deepest pressure after a record at the time of the 1998 crisis of Rp. 16,650. As a result of this, the rupiah in 2020 became one of the worst performing currencies in Asia. The weakening of the rupiah occurred due to the economic sector in Indonesia which suffered losses.
Keywords (Covid-19, Rupiah, Economy)
DAFTAR ISI
II.3 Pengaruh Globalisasi Pada Perekonomian Indonesia
II.4 Kebijakan Moneter di Indonesia
II.5 Dampak dari Pelemahan Rupiah di Indonesia
II.6 Pandemi COVID-19 di Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Virus COVID-19 (Kemenkes, 2020)
Gambar II.2 Tren Kasus COVID-19 di Indonesia per-31 Maret 2020 (COVID19.go.id, 2020)
Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar IV.1 Diagram Jumlah Kasus dengan Nilai Tukar Rupiah
Gambar IV.2 Diagram Pencar Jumlah Kasus dengan Nilai Tukar Rupiah
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sejak awal tahun 2020, dunia dihebohkan dengan adanya wabah virus corona yang berasal dari China. Virus corona menyebabkan kepanikan di China dan menimbulkan korban jiwa sampai ribuan orang penduduk China. Akibat lainnya, banyak perusahaan kecil, menengah maupun besar yang akhirnya terpaksa menutup usahanya untuk sementara. Tidak hanya perusahaan saja yang tutup, ribuan tempat usaha makanan/ minuman juga terpaksa tutup. Perekonomian China pun menjadi terguncang di awal tahun 2020 ini, karena selama ini perekonomian China didukung dari sektor usaha kecil dan menengah. Ada sekitar 30 juta usaha kecil dan menengah menyumbang lebih dari 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) China. Selain itu, bursa saham Shanghai juga sempat menurun mencapai 9%, yang merupakan yang terparah sejak bulan Agustus 2015 (KOMPAS, 2020).
Dengan adanya pandemic COVID-19 yang terjadi di Tiongkok berimbas ke negara-negara lain yang memiliki aktivitas perekonomian dengan Tiongkok, salah satunya Indonesia. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi China. Jika ekonomi China mengalami pelambatan sebesar 1%-2%, maka akan berdampak pada menurunnya ekonomi Indonesia sebesar 0,1%-0,3% terhadap ekonomi Indonesia (Bayu, 2020). Pembatasan keluar masuknya barang dari atau ke China serta banyaknya usaha atau pabrik yang tutup akibat wabah virus corona membuat perekonomian China menjadi terganggu. Mengingat China merupakan negara yang perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, maka hal tersebut pasti juga akan berdampak pada perekonomian negara lain yang menjadi mitra dagangnya, salah satunya Indonesia.
China merupakan mitra dagang utama Indonesia dan negara asal impor serta tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Total ekspor ke China tahun 2019 mencapai USD 25,85 miliar, sedangkan impor mencapai USD 44,58 miliar (Pratomo, 2020). Lembaga keuangan dunia, ekonom dan otoritas pemerintah membuat sejumlah prediksi seperti indeks bursa saham merosot, rupiah terperosok dan pelaku di sektor riil susah berusaha. Fokus masyarakat saat ini mengenai penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dimana nilai tukar semakin hari semakin melemah. Terakhir pada 30 Maret 2020 pukul 09.44 WIB, nilai rupiah berada di angka Rp 16.273 per dolar AS. Jika pandemi COVID-19 ini terus berlangsung bahkan semakin parah, nilai rupiah akan terus mengalami penurunan bahkan bisa mencapai angka Rp 20.000 per dolar AS (Jannah, 2020).
Pelemahan nilai tukar rupiah ini terjadi akibat investor yang kembali khawatir dengan kondisi perekonomian seiring kebijakan lockdown yang dilakukan berbagai negara untuk mengurangi penyebaran pandemi virus corona. Kebijakan lockdown di sejumlah negara dilakukan sebagai langkah akhir untuk menekan penyebaran virus corona. Dengan kebijakan lockdown otomatis aktivitas ekonomi akan berkurang dan menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara. Lebih lanjut, data-data ekonomi yang dirilis pekan lalu oleh negara yang terkena virus corona, seperti AS, Eropa dan Inggris menunjukkan pelemahan yang cukup dalam.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah kebijakan fiskal untuk mengantisipasi dampak negatif wabah corona. Salah satunya memberikan fasilitas penundaan pajak. Akan tetapi sentimen fundamental Indonesia yang positif tak kuat menahan sentimen negatif akibat corona. Akibatnya nilai tukar rupiah merosot, padahal pemangkasan suku bunga telah dilakukan oleh Bank Indonesia pada bulan Februari. Kondisi cadangan devisa Indonesia yang dinilai sudah baik juga belum bisa menahan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Akibat merosotnya nilai tukar rupiah tersebut, masyarakat Indonesia merupakan satu-satunya yang terkena dampak tersebut. Salah satu dampaknya yaitu pada harga barang-barang untuk kebutuhan pokok yang mulai naik, seperti bawang putih, gula, cabai, beras, minyak goreng dan lain sebagainya. Dengan naiknya harga kebutuhan pokok tersebut, akan terjadi yang namanya krisis ekonomi. Indikator krisis ekonomi yang terjadi mulai terlihat, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus menurun, pemangkasan suku bunga (Fed Fund Rate), cadangan devisa yang akan terus berkurang, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi akan mengalami kenaikan menjadi turun atau bahkan 0% serta perubahan besar pada APBN dan APBD (Aria, 2020).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan rumusannya masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis pola pelemahan nilai rupiah selama masa epidemi COVID 19 di Indonesia?
2. Bagaimana analisis korelasi antara pelemahan nilai rupiah terhadap intensitas penyebaran COVID 19 di Indonesia?
I.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yabg ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pola pelemahan rupiah selama masa epidemi COVID 19 di Indonesia.
2. Mencari korelasi antara fenomena pelemahan rupiah terhadap intensitas penyebaran COVID 19 di Indonesia.
I.4 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lingkup penelitian merupakan wilayah Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19 pada bulan Maret 2020.
2. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pasien positif Covid-19 di Indonesia dan data nilai tukar rupiah terhadap dollar pada bulan Maret 2020.
3. Pengolahan data menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic 25.
4. Perhitungan menggunakan metode regresi linier.
I.5 Metodologi Penelitian
Penelitian ini berfokus pada kajian penentuan korelasi antara jumlah pasien positif corona di Indonesia dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar pada bulan Maret 2020. Data yang digunakan adalah jumlah pasien positif corona di Indonesia dan data nilai tukar rupiah terhadap dollar pada bulan Maret 2020. Data yang digunakan berjumlah 62 data (31 data jumlah pasien positif corona dan 31 data nilai tukar rupiah terhadap dollar) yang merupakan data sekunder hasil dari pencarian di website terpercaya dengan internet. Pengolahan data menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic 25. Sedangkan proses pembuatan dan penyusunan laporan menggunakan aplikasi Microsoft Office 2016. Korelasi antara pasien positif corona dan nilai tukar rupiah terhadap dollar harus diketahui agar dapat dijadikan kajian dalam perkembangan perekonomian dan juga agar dapat dijadikan acuan dalam proses penentuan kebijakan di masa yang akan dating.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi adalah suatu susunan dari unsur-unsur ekonomi yang saling berhubungan dan bekerja sama sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu terpenuhinya kebutuhan yang bersifat materi. Sistem ekonomi adalah untuk manusia. Isu pasar untuk komando, sentralisasi dan desentralisasi, perencanaan atau tidak ada perencanaan dan jenis perencanaan yang bagaimana, pengawasan dan jenis pengawasan yang bagaimana, semua isu ini langsung ataupun tidak langsung berisi pertanyaan dasar mengenai hubungan perorangan atau kelompok pada satu pihak dengan kelompok yang lebih besar, masyarakat dan negara dalam hal ini mereka merupakan sebagiannya, pada pihak lain (Suharyono, 2014).
II.2 Sistem Ekonomi Pancasila
Sistem Ekonomi Pancasila merupakan prinsip-prinsip moral (ideologi) ekonomi yang diderivasikan dari etika dan falsafah Pancasila. Oleh karena itu selain berisi cita-cita visioner terwujudnya keadilan sosial, ia juga mengangkat realitas sosio-kultur ekonomi rakyat Indonesia, sekaligus rambu-rambu yang bernilai sejarah untuk tidak terjerumus pada paham liberalisme dan kapitalisme(Suharyono, 2014).
II.3 Pengaruh Globalisasi Pada Perekonomian Indonesia
Globalisasi merupakan proses di mana hubungan sosial dan saling ketergantungan antarnegara dan antarmanusia menjadi semakin tidak berbatas. Sedangkan menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama. Globalisasi terjadi pada bidang informasi, ekonomi, serta budaya. Sudah sejak lama pemerintah Indonesia menggembargemborkan tentang globalisasi itu sendiri. Dengan harapan masyarakat dan pelaku industri siap menghadapi segala dampak dari globalisasi terutama pengaruh globalisasi pada perkembangan ekonomi Indonesia. Pasar bebas merupakan salah satu bentuk nyata dari globalisasi ekonomi(Suharyono, 2014).
Pengaruh dari globalisasi pada perkembangan ekonomi Indonesia di antaranya adalah tumbuhnya kreativitas para pelaku ekonomi Indonesia serta semakin mendunia produk-produk buatan Indonesia. Dengan adanya globalisasi, para pelaku ekonomi, memang dituntut untuk semakin kreatif menciptakan produk-produk yang tidak hanya mampu bersaing dengan sesama produk buatan dalam negeri, namun juga harus mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Tanpa adanya pengembangan produk, sudah pasti produk mereka tidak akan bisa laku di pasaran. Terlebih sejak CAFTA (China Asia Free Trade Assosiation) diberlakukan, barang-barang dari China mulai membanjiri pasar Indonesia. Tidak hanya bentuk serta tampilan produk yang menarik, namun juga harga yang ditawarkan sangat murah bila dibandingkan dengan produk - produk buatan Indonesia (Suharyono, 2014).
II.4 Kebijakan Moneter di Indonesia
Kebijakan moneter terdiri dari proses perancangan, mengumumkan dana mengimplemetasikan rencana aksi yang dibuat bank sentral, currency board atau lainnya yang berkompeten dalam hal otoritas moneter suatu negara yang mengontrol jumlah uang dalam suatu ekonomi dan saluran-saluran di mana uang baru disuplai. Kebiijakan moneter terdiri juga dari manajemen suplai keuangan dan suku bunga, yang bertujuan untuk mencapai tujuan ekonomi makro seperti mengendalikan inflasi, konsumsi, pertumbuhan, dan likuiditas (Chappelow, 2019).
Hal ini dicapai dengan beberapa tindakan, seperti memodifikasi tingkat bungan, membeli atau menjual obligasi pemerintah, mengatur nilai tukar mata uang asing, dan mengubah jumlah uang yang harus disimpan bank sebagai cadangan (Chappelow, 2019).
Pada 20 Maret 2020, Bank Indonesia (BI) merilis publikasi Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2020. Publikasi dirilis setelah BI melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18 – 19 Maret 2020, yang memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Tetap akomodatif dan konsisten pada kebijakan moneter dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam isaran sasaran dan sebagai langkah pre-emptive untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Selain itu, sebagai kelanjutan dari sejumlah stimulus kebijakan yang telah diumumkan pada RDG tanggal 18-19 Februari 2020 dan tanggal 2 Maret 2020, Bank Indonesia kembali memperkuat bauran kebijakan yang diarahkan untuk mendukung upaya mitigasi risiko penyebaran COVID-19, menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan, serta mendorong momentum pertumbuhan ekonomi melalui 7 (tujuh) langkah berikut (BANK INDONESIA, 2020):
1. Memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
2. Memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020.
3. Menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020.
4. Memperkuat instrumen term deposit valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang telah diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.
5. Mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, berlaku efektif paling lambat pada 23 Maret 2020 dari semula 1 April 2020.
6. Memperluas kebijakan insentif pelonggaran GWM harian dalam Rupiah sebesar 50bps yang semula hanya ditujukan kepada bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor, ditambah dengan yang melakukan pembiayaan kepada UMKM dan sektor-sektor prioritas lain, berlaku efektif sejak 1 April 2020.
7. Memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi penyebaran COVID-19 melalui;
a. ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas, dan backup layanan kas alternatif, serta menghimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai.
b. mendorong penggunaan pembayaran nontunai dengan menurunkan biaya Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), dari perbankan ke Bank Indonesia yang semula Rp600 menjadi Rp1 dan dari nasabah ke perbankan semula maksimum Rp3.500 menjadi maksimum Rp2.900, berlaku efektif sejak 1 April 2020 sampai dengan 31 Desember 2020; dan
c. mendukung penyaluran dana nontunai program-program Pemerintah seperti Program Bantuan Sosial PKH dan BPNT, Program Kartu Prakerja, dan Program Kartu Indonesia Pintar-Kuliah.
II.5 Dampak dari Pelemahan Rupiah di Indonesia
Melemahnya nilai tuker rupiah terhadapa dollar AS adalah fenomena ekonomi yang mempengaruhi kegiataan ekonomi di indonesia. Rupiah masih belum digdaya di hadapan Dollar Amerika Serikat.
Seperti yang dikutip (Detik, 2018) Sri mulyani menjelaskan, setiap pelemahan Rp 100 maka dampaknya akan memberikan tambahan penerimaan dan belanja negara dalam APBN. Dan jika nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS maka penerimaan dan belanja negara pun turun dengan nilai yang sama. Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan dalam suara.com, terdapat empat dampak yang dirasakan, yaitu (Suara, 2018):
1. Pelemahan Rupiah ini akan berpengaruh pada harga bahan pangan yang merangkak naik, terutama barang impor.
2. Pelemahan Rupiah juga berdampak pada harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
3. Bunga kredit akan semakin mahal seiring Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga acuan untuk meredam gejolak Rupiah.
4. Sisi manufaktur juga akan terdampak, pelemahan Rupiah ini membuat biaya produksi dan beban utang luar negeri semakin meningkat.
Pelemahan rupiah juga dapat mendatangkan berkah. Bank Indonesia (BI) berharap penguatan dolar AS bisa dimanfaatkan oleh eksportir untuk meraup devisa lebih banyak lagi. Namun, peluang meningkatkan volume ekspor masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti harga dan kualitas pada produk, atau faktor seperti harga-harga di luar negeri yang sedang murah. Dan juga adanya kemungkinan produksi negara lain juga meningkat. (Republika, 2018)
II.6 Pandemi COVID-19 di Indonesia
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia, beberapa coronavirus diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona yang paling baru ditemukan menyebabkan penyakit coronavirus COVID-19. COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang paling baru ditemukan. Virus dan penyakit baru ini tidak diketahui sebelum wabah dimulai di Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019 (WHO, 2020).
Gambar II.1 Virus COVID-19 (Kemenkes, 2020)
COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO. Wabah yang tidak mudah untuk dihindari, dan Indonesia menjadi salah satu negara yang terjangkit virus ini. Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama positif virus corona di Indonesia tanggal 2 maret 2020 melalui jumpa pers. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengabarkan tentang kedua pasien, salah satunya merupakan guru dansa. Pasien berusia 31 tahun ini lantas melakukan kontak fisik dengan WNA Jepang (Merdeka, 2020).
Gambar II.2 Tren Kasus COVID-19 di Indonesia per-31 Maret 2020 (COVID19.go.id, 2020)
Pada tanggal 31 Maret 2020, jumlah positif terjangkit COVID-19 ini adalah 1528 kasus. Dengan jumlah kasus yang berhasil sembuh adalah 81 kasus dan jumlah pasien yang meninggal adalah 136 kasus (COVID19.go.id, 2020). Melonjak tingginya kasus setiap harinya menyebabkan kesulitannya tenaga medis dan pemerintah dalam menangani fenomena wabah ini. Dan terjadinya kelangkaan alat pelindung diru yang dibutuhkan tenaga medis (Tirto, 2020).
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
III.1 Persiapan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan tahap persiapan yang dibutuhkan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan berjalan dengan lancar serta efektif.
III.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak.
1. Perangkat keras yang digunakan adalah:
Laptop Dell dengan spesifikasi intel® Core™ i7 - 7500u 8GB DDR4 RAM, HDD 1TB + SSD 128GB
2. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Microsoft office 2016 yang terdiri dari :
1) Microsoft excel untuk pengolahan tabel dan grafik
2) Microsoft word untuk mengolahan laporan penelitian
b. IBM SPSS Statistic 25 untuk pengolahan uji statistik data
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Data jumlah pasien positif corona di Indonesia pada bulan Maret 2020
2. Data nilai tukar rupiah terhadap dollar pada bulan Maret 2020
III.1.3 Bahan pendukung :
Bahan pendukung yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Literatur terkait fenomena pandemi covid-19
2. Literatur mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar dan perekonomian Indonesia
III.2 Pelaksanaan
Proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir berikut :
Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian
Pelaksanaan dari penelitian ini terdiri atas :
Membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan fenomena covid-19, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar, perekonomian Indonesia, dan lain-lain. Tahapan studi literatur ini berfungsi untuk mendapatkan informasi lebih banyak, menghindari plagiat, dan mengembangkan ide terkait penelitian ini.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data sekunder di internet melalui website resmi yang terpercaya. Data yang dikumpulkan ada 2 yaitu data pasien positif corona di Indonesia dan data nilai tukar rupiah terhadap dollar pada bulan Maret 2020. Data jumlah pasien positif corona didapatkan dari website kompas.com, sedangkan data nilai tukar rupiah didapatkan dari website Bank Indonesia.
Proses ini berupa penyusunan data ke dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk merapikan data agar lebih informatif dan mudah dipahami. Proses ini menggunakan aplikasi Microsoft Office 2019.
Regresi linear merupakan salah satu metode regresi yang dapat dipakai sebagai alat inferensi statistik untuk menentukan pengaruh sebuah variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Variabel independen dalam penelitian ini adalah jumlah pasien positif corona di Indonesia, sedangkan variabel dependennya adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar. Proses ini menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic 25. Cara pengerjaan pada aplikasi SPSS adalah :
a. Mengisi variabel pada lembar kerja variable view
b. Masukkan data jumlah pasien positif corona dan data nilai tukar rupiah terhadap dollar di lembar kerja data view
c. Pilih fitur analyze pada toolbar è regression è linear
d. Tentukan variabel independen dan variabel dependennya
e. Setelah itu akan muncul tabel model summary, tabel ANOVA, dan tabel koefisien
f. Munculkan diagram pencar atau scatter diagram dengan cara pilih graph pada toolbar è legacy dialogs è scatter/dots
g. Tentukan variabel independen (X) dan variabel dependennya (Y)
h. Hasil dari proses ini berupa tabel-tabel dan diagram pencar sudah siap untuk dianalisis
Proses ini berupa penjelasan terkait hasil penelitian yang didapat setelah melalui proses-proses sebelumnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Visualisasi Tabel
Data variabel ditampilkan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini.
Tabel IV.1 Data Jumlah Kasus dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
Tanggal |
Jumlah Pasien Positif |
Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar |
1 Maret 2020 |
0 |
Rp 14,305.00 |
2 Maret 2020 |
2 |
Rp 14,413.00 |
3 Maret 2020 |
2 |
Rp 14,222.00 |
4 Maret 2020 |
2 |
Rp 14,171.00 |
5 Maret 2020 |
2 |
Rp 14,168.00 |
6 Maret 2020 |
4 |
Rp 14,267.00 |
7 Maret 2020 |
4 |
Rp 14,338.00 |
8 Maret 2020 |
6 |
Rp 14,338.00 |
9 Maret 2020 |
6 |
Rp 14,342.00 |
10 Maret 2020 |
19 |
Rp 14,411.00 |
11 Maret 2020 |
27 |
Rp 14,323.00 |
12 Maret 2020 |
34 |
Rp 14,490.00 |
13 Maret 2020 |
69 |
Rp 14,815.00 |
14 Maret 2020 |
96 |
Rp 14,889.00 |
15 Maret 2020 |
117 |
Rp 14,889.00 |
16 Maret 2020 |
134 |
Rp 14,818.00 |
17 Maret 2020 |
172 |
Rp 15,083.00 |
18 Maret 2020 |
277 |
Rp 15,223.00 |
19 Maret 2020 |
309 |
Rp 15,712.00 |
20 Maret 2020 |
396 |
Rp 16,273.00 |
21 Maret 2020 |
450 |
Rp 16,354.00 |
22 Maret 2020 |
514 |
Rp 16,354.00 |
23 Maret 2020 |
579 |
Rp 16,608.00 |
24 Maret 2020 |
686 |
Rp 16,486.00 |
25 Maret 2020 |
790 |
Rp 16,568.00 |
26 Maret 2020 |
893 |
Rp 16,328.00 |
27 Maret 2020 |
1046 |
Rp 16,230.00 |
28 Maret 2020 |
1155 |
Rp 16,311.00 |
29 Maret 2020 |
1285 |
Rp 16,311.00 |
30 Maret 2020 |
1414 |
Rp 16,336.00 |
31 Maret 2020 |
1528 |
Rp 16,367.00 |
|
IV.2 Hasil Visualisasi Grafik
Data variabel disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini.
Gambar IV.1 Diagram Jumlah Kasus dengan Nilai Tukar Rupiah
IV.3 Hasil Uji Statistik
Uji statistik regresi linier menghasilkan 3 tabel dengan informasi yang berbeda, tabel yang dihasilkan sebagai berikut :
1. Tabel Model Summary
Tabel IV.2 Model Summary
Model Summary |
|||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
|
1 |
,843a |
,710 |
,700 |
517,715 |
|
a. Predictors: (Constant), Jumlah Pasien Positif Corona |
2. Tabel ANOVA
Tabel IV.3 ANOVA
ANOVAa |
|||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
|
1 |
Regression |
19.048.501,702 |
1 |
19.048.501,702 |
71 |
,000b |
|
Residual |
7.772.833,265 |
29 |
268.028,733 |
|
|
|
|
Total |
26.821.334,968 |
30 |
|
|
|
|
|
a. Dependent Variable: Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar |
|||||||
b. Predictors: (Constant), Jumlah Pasien Positif Corona |
3. Tabel Koefisien
Tabel IV.4 Koefisien
Coefficientsa |
|||||||||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
||||||||
B |
Std. Error |
Beta |
|
||||||||||
1 |
(Constant) |
14.635,793 |
120,509 |
|
121,450 |
,000 |
|
||||||
Jumlah Pasien Positif Corona |
1,667 |
,198 |
0,843 |
8,430 |
,000 |
|
|||||||
a. Dependent Variable: Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar |
|||||||||||||
4. Diagram Pencar / Scatter Diagram
Gambar IV.2 Diagram Pencar Jumlah Kasus dengan Nilai Tukar Rupiah
IV.4 Pembahasan
Pada penelitian ini, data ditampilkan kedalam bentuk tabel dan grafik terlebih dahulu supaya dapat dilihat pengaruh antara jumlah pasien positif corona dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar hanya dari visualisasinya saja. Hasil yang didapatkan dari tabel dan grafik tersebut adalah selama bulan Maret 2020 terjadi penambahan kasus jumlah pasien positif corona secara berangsur-angsur, disusul dengan pelemahan nilai rupiah terhadap dollar yang semakin melemah mengikuti bertambahnya jumlah pasien positif corona, walaupun terjadi penguatan nilai rupiah pada tanggal 4 Maret 2020, 16 Maret 2020, dan 27 Maret 2020, tetapi keesokan harinya nilai rupiah mulai melemah kembali.
Pada penelitian ini penulis juga mengolah data yang didapatkan dengan metode analisis regresi linier supaya dapat dihasilkan data yang lebih terpercaya. Penjelasan dari tabel-tabel yang dihasilkan pada proses uji statistik regresi linier yaitu, pada Tabel IV.1 yaitu tabel model summary menampilkan nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi. Pada tabel tersebut nilai korelasinya adalah 0,843. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori kuat (> 0.5) . Melalui tabel ini juga diperoleh nilai R Square atau koefisien determinasi (KD) yang menunjukkan seberapa baik model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel bebas dan variabel terikat. Nilai KD yang diperoleh adalah 71% yang dapat ditafsirkan bahwa variabel bebas/independen (Jumlah pasien positif corona) memiliki pengaruh kontribusi sebesar 71% terhadap variabel terikat/dependen (Nilai tukar rupiah terhadap dollar) dan 29% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
Tabel IV.2 ANNOVA digunakan untuk menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai signifikansi (Sig.). Cara yang paling mudah adalah dengan uji Sig., dengan ketentuan, jika nilai Sig. < 0,05, maka model regresi adalah linier, dan berlaku sebaliknya. Berdasarkan tabel ANNOVA, diperoleh nilai Sig. = 0,000 yang berarti nilainya < kriteria signifikan (0,05), dengan demikian model persamaan regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan, artinya, model regresi linier memenuhi kriteria linieritas.
Tabel IV.3 koefisien menginformasikan model persamaan regresi yang diperoleh dengan koefisien konstanta dan koefisien variabel yang ada di kolom Unstandardized Coefficients B. berdasarkan tabel tersebut, angka konstannya adalah 14.635,793 yang berarti bahwa jika tidak ada pasien positif corona maka nilai tukar rupiah terhadap dollar pada bulan Maret 2020 adalah 14.635,793. Berdasarkan tabel ini juga diperoleh model persamaan regresi : Y =14.635,793 + 1,667 X, yang berarti tiap penambahan 1% pasien positif corona maka nilai rupiah terhadap dollar akan melemah 1,667 (satu koma enam ratus enam puluh tujuh) rupiah.
Untuk menguatkan hasil yang telah diperoleh, maka dilakukan uji t. Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel. Jika nilai t hitung > t tabel maka ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika nilai t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai t hitung terdapat pada tabel koefisien kolom t yaitu 8,432. Nilai t tabel harus dihitung terlebih dahulu dengan rumus t tabel = (α / 2 : n-k-1). Nilai α adalah 0,05 (merupakan nilai standar) , lalu nilai n-k-1 bisa dilihat pada tabel ANOVA kolom df baris residual yaitu 29. Setelah itu nilai t tabel nya bisa dilihat pada tabel uji t kolom 0,025 baris 29 yaitu 2,045. Hal ini menunjukkan bahwa 8,432 > 2,045 (t hitung > t tabel) yang berarti ada pengaruh antara jumlah pasien positif corona dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Hasil dari uji statistik regresi linier selain tabel-tabel tersebut adalah diagram pencar (scatter diagram), korelasi akan positif apabila setiap penambahan variabel X disusul juga dengan penambahan variabel Y, bernilai negatif apabila sebaliknya. Pola yang dihasilkan dari diagram pencar dalam penelitian ini adalah pola yang positif, meskipun ditengah perjalanan terjadi korelasi negatif yang rentangnya tidak begitu jauh, tetapi sampai pada akhir data, polanya kembali stabil menunjukkan pola korelasi positif. Hal ini berarti adanya pengaruh antara jumlah pasien positif corona dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar pada bulan Maret 2020 dapat dibenarkan.
Berdasarkan seluruh analisis data
yang telah dihasilkan, seluruhnya menunjukkan bahwa ada pengaruh antara jumlah
pasien positif corona dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar pada
bulan Maret 2020, dimana semakin banyak jumlah pasien maka semakin lemah pula
nilai rupiah, walaupun pengaruhnya hanya 71% .
Fenomena pelemahan nilai rupiah terhadap dollar ini dipengaruhi beberapa
faktor seperti terjadinya kepanikan di pasar global yang menyebabkan investor
globar turut panik, 90% bursa saham dikuasai oleh asing sehingga kepanikan pasar global akan sangat
berdampak bagi perekonomian indonesia. Faktor lainnya yaitu adanya sentimen global terkait wacana suntikan stimulus dari pemerintah AS yang hingga kini
belum mencapai kesepakatan. Hal ini juga diperburuk oleh kondisi perekonomian di Indonesia yang
mengharuskan menutup sebagian besar pabrik, rumah makan, mall, bioskop,
sekolah, dan kantor-kantor lain dengan tujuan agar tidak terjadinya penumpukan
massa di satu tempat. Hal ini mengakibatkan roda perekonomiaan Indonesia
bergerak sangat lambat sehingga terjadi fenomena lebih banyak pengeluaran
daripada pemasukan. Jika hal ini terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan
Indonesia akan kebali pada jaman krisis moneter di tahun 1998. Hal yang dapat
kita lakukan adalah mentaati peraturan pemerintah terkait social distancing
agar dapat memutus rantai penyebaran corona dan membuat perekonomian Indonesia
membaik seperti sedia kala.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian yang kami lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan visualisasi pada tabel dan grafik, dapat dilihat bahwa pada awal masuk atau pertama kali pasien positif COVID 19 terkonfirmasi, nilai rupiah berada di angka Rp 14.413,00 pada 2 Maret 2020. Selanjutnya sampai tanggal 12 Maret 2020, nilai rupiah masih naik turun di angka Rp 14.168,00-Rp 14.490,00. Setelah pasien positif COVID 19 semakin meningkat dengan pesat, nilai rupiah kembali melemah yaitu di angka Rp 14.815,00 pada 13 Maret 2020. Setelah hari itu, pelemahan nilai rupiah semakin tinggi yaitu mencapai angka Rp 16.608,00. Nilai tersebut merupakan nilai pelemahan rupiah tertinggi di bulan Maret tepatnya pada 23 Maret 2020. Setelah tanggal itu nilai rupiah mencapai angka Rp 16.367,00 pada 31 Maret 2020.
2. Dari hasil uji statistik, dapat dilihat bahwa nilai rupiah semakin melemah terhadap dollar amerika seiring dengan bertambahnya pasien positif COVID 19 di Indonesia. Dilihat dari nilai korelasinya yaitu 0,843 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,5, maka hubungan korelasinya dikategorikan kuat. Pada pengambilan nilai konstan rupiah pada bulan Maret maka terhitung nilainya sebesar Rp 14.635,793. Dengan menggunakan persamaan regresi diperoleh bahwa setiap penambahan 1% pasien positif COVID, maka nilai rupiah juga semakin melemah 1,667 rupiah. Korelasi melemahnya nilai rupiah bersamaan dengan meningkatnya jumlah pasien COVID menghasilkan sebuah korelasi positif. Maka korelasi pelemahan nilai rupiah terhadap intensitas COVID memiliki korelasi kuat positif.
V.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang sesuai dengan masalah yang sedang terjadi saat ini serta setelah melakukan pengolahan data dan mendapatkan suatu hasil, maka kami menyarankan bahwa:
2. Meningkatkan dan menambah wawasan mengenai uji statiska.
3. Menambah metode-metode lain untuk melakukan uji korelasi.
4. Menambah literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aria, P. (2020). Ekonomi Indonesia dalam Skenario Terburuk Akibat Virus Corona. Dipetik Maret 27, 2020. Pukul 13.20, dari katadata.co.id: https://katadata.co.id/telaah/2020/03/26/ekonomi-indonesia-dalam-skenario-terburuk-akibat-virus-corona
BANK INDONESIA. (2020). Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2020. Jakarta.
Bayu. (2020). Dampak Covid-19 di Indonesia menurut Pakar Ekonomi UNS. Surakarta: BLU PROMISE, HUMAS UNS.
Chappelow, J. (2019). Monetary Policy. Dipetik April 10, 2020. Pukul 10:00, dari INVESTOPEDIA: https://www.investopedia.com/terms/m/monetarypolicy.asp
COVID19.go.id. (2020). COVID-19 di Indonesia. Dipetik April 10, 2020. Pukul 12:38, dari COVID19.go.id: https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/
Detik. (2018). Sri Mulyani Ungkap Dampak Pelemahan Rupiah ke APBN. Dipetik April 10, 2020. Pukul 10:26, dari Detik Finance: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4210745/sri-mulyani-ungkap-dampak-pelemahan-rupiah-ke-apbn
Jannah, K. M. (2020). BI Terus Pantau Dampak Ekonomi Wabah Covid-19. Dipetik Maret 27, 2020. Pukul 12:23, dari okezone.com: https://economy.okezone.com/read/2020/03/19/20/2185873/bi-terus-pantau-dampak-ekonomi-wabah-covid-19
Kemenkes. (2020). Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease (COVID-19) 10 Maret 2020. Dipetik April 10, 2020. Pukul 18:55, dari Infeksi Emerging: https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-10-maret-2020/#.XpBb2cBxdPY
KOMPAS. (2020). Mitigasi Ancaman Krisis Ekonomi Covid-19. Dipetik Maret 27, 2020. Pukul 13:01, dari https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/25/mitigasi-ancaman-krisis-ekonomi-covid-19/
Merdeka. (2020). Cerita Lengkap Asal Mula Munculnya Virus Corona di Indonesia. Dipetik 2020. Pukul 12:35, dari Merdeka.com: https://www.merdeka.com/trending/cerita-lengkap-asal-mula-munculnya-virus-corona-di-indonesia.html
Pratomo, W. A. (2020). Bauran Kebijakan Melawan Dampak Covid-19. Dipetik Maret 27, 2020. Pukul 14.03, dari iNews.id: https://www.inews.id/news/nasional/bauran-kebijakan-melawan-dampak-covid-19?page=all
Republika. (2018). Efek Berantai Pelemahan Rupiah. Dipetik April 10, 2020. Pukul 10:24, dari Republika.co.id: https://www.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/09/06/pelzsl440-efek-berantai-pelemahan-rupiah
Suara. (2018). Empat Dampak Melemahnya Rupiah, Bisa Picu PHK Massal. Dipetik April 10, 2020. Pukul 10:36, dari Suara.com: https://www.suara.com/bisnis/2018/09/11/184446/empat-dampak-melemahnya-rupiah-bisa-picu-phk-massal
Suharyono, & Sovie, N. (2014). Buku Materi Pokok Sistem Ekonomi Indonesia : ISIP 4310. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Tirto. (2020). Jangan Egois, APD Medis Bukan OOTD Buat Jalan-jalan. Dipetik April 10, 2020. Pukul 12:40, dari tirto.id: https://tirto.id/jangan-egois-apd-medis-bukan-ootd-buat-jalan-jalan-eHQo
WHO. (2020). Q&A on coronaviruses (COVID-19). Dipetik April 10, 2020. Pukul 12:33, dari World Health Organization: https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses